Oleh : Hanief Prastiwi
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi manusia merupkan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, suatau kelompok manusia tidak dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teorikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri.
Dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari adanya masalah, salah satunya adalah masalah yang dialami oleh peserta didik. Masalah pendidikan berasal dari berbagai sumber, diantaranya karena perbedaan inidividual. Kenyataan menunjukkna bahwa tidak ada dua individu yang sama persis di dalam aspek pribadinya baik aspek pisik maupun psikisnya.
Di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, sering tampak perbedaan individual tersebut. Misalnya ada peserta didik yang sangat lambat dalam belajar, namun ada pula peserta didik yang sangat cepat dalam belajar. Perbedaaan ini pula yang mengelompokkan mereka kepada anak yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata, rata-rata dan kemampuan di atas rata-rata yang disebut anak supernormal.
Perbedaaan inividual tersebut sering menimbulkan maalah bagi peserta didik maupun lingkungannya, misal yang terjadi pada anak supernormal yang belajar di sekolah umum.Hal ini disebabkan karena pada umumnya program pendidikan direncanakan untuk memberikan materi-materi pelajaran atas dasar ukuran rata-rata (normal). Apabila anak supernormal tidak disediakan pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya yang khas, maka potensi yang mereka miliki kurang dapat diwujudkan.
Masalah belajar yang dialami oleh anak supernormal ini merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian serius di kalangan para pendidik. Problem belajar yang dialami oleh anak supernormal yang belajar di sekolah umum ini akan berdampak negatif bagi siswa itu sendiri maupun lingkungannya. Disamping kita dapat kehilangan bibit-bibit unggul bagi perkembangan Indonesia, anak-anak tersebut dirugikan dan bahkan dapat menjadi anak bermasalah “under achiever” atau “drop out”.
Untuk mencegah dampak negatif yang mungkin timbul karena problem belajar yang dialami anak supernormal ini, maka pendidik (orang tua dan guru, dan guru pembimbing) harus waspada terhadap gejala-gejalanya. Dari uraian di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai masalah belajar anak supernormal, landasan yang digunakan, serta solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
B. Masalah
Jumlah anak super (genius) yang mempunyai IQ di atas140 sebenarnya cukup banyak, di pulau Jawa jika diperhitungkan mencapai 2% dari 80 juta penduduk. Dapat dibayangkan untuk seluruh Indonesia tentu jauh lebih banyak. Namun, banyak orang tua yang kurang mengetahui tentang keadaan anaknya yang tergolong supernormal. Anak yang tergolong genius ini, umur 3 tahun sudah ingin belajar membaca dan menulis akan tetapi, orang tua yang tidak paham akan melarangnya. Demikian pula ketika mereka keahlian pada bidang tertentu, namun orang tua mereka memaksa untuk menututi kehendak orang tua, sehingga bakat yang mereka miliki tidak terwujudkan.
Dari pihak masyarakat pun masih banyak yang kurang memahami kehidupan golongan anak yang genius. Anak genius yang sering menunjukkan sikap eksentrik, egois, intoleren, sukar diterima oleh orang awam. Apabila sikap tersebut sukar diterima di masyarakat, maka anak akan mengalami kesulitan pergaulan dalam masyarakat. Padahal anak yang genius memiliki potensi yang bernilai tinggi.
Orang tua yang tidak memahami kelebihan anaknya, mereka akan menyekolahkan anaknya di sekolah umum. Selain karena faktor ketidakpahaman orang tua akan kelebihan anaknya, ada juga orang tua yang sebenarnya sudah memahami keadaan anaknya tetapi mereka enggan menyekolahkakn anaknya di sekolah luar biasa. Hal ini dikarenakan karena ada asumsi bahwa menyekolahkan anak di sekolah luar biasa tentu membutuhkan biaya yang mahal.
Anak genius yang berkolah di sekolah umum akan mengalami problematika karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah selalu menggunakan ukuran normal dalam kecepatan belajar. Anak yang genius akan merasa bosan terhadap pelajaran karena merasa telah mengerti terlebih dahulu, tidak senang kepada gurunya yang memperlakukan dirinya sama dengan teman-teman sekelasnya. Ia ingin bergaul dengan teman yang umurnya lebih tua karena merasa telah seimbang kepandaiannya. Keunggulan yang mereka miliki tidak diperhatikan dan tidak mendapatkan pelayanan khusus mengakibatkan anak menjadi jemu sekolah, benci terhadap situasi yang menekan batinnya sehingga studinya menjadi kacau.
C. Landasan
Landasan yang digunakan untuk memecahkan masalah anak supernormal tersebut adalah:
1. Landasan Psikologis
Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku klien yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah yang dihadapinya atauningin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya.
Kajian dalam bidang psikologi yang digunakan untuk keperluan bimbingan dan konseling adalah:
1) Motif dan motivasi
Motif adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku sesuai dengan apa yang terkandung di dalam dorongan itu sendiri. Sedangkan motivasi adalah motif yang sedang aktif.
2) Pembawaan dan lingkungan
Keadaan pembawaan dan lingkungan seseorang dapat diketahui melalui penerapan instrumentasi konseling yang dilakukan oleh konselor.
3) Perkembangan individu
Konselor harus memahami kondisi berbagai aspek perkembangan individu pada saat pelayanan bimbingan dan konseling, serta dapat melihat arah perkembangan individu di masa depannya.
4) Belajar, balikan dan penguatan
Belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaaatkan apa yang sudah ada pada diri individu.
5) Kepribadian
2. Landasan Pedagogis
Pendidikan merupakan slah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial. Masyarakat senantiasa melakukan pendidikan dengan berbagai cara dan sarana untuk kelangsungan hidup mereka.
Pendidikan sebagai landasan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi:
1) Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu. Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan
2) Pendidikan sebagai inti proses bimbingan konseling.
3) Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling.
D. Pembahasan
Dalam menyikapi permasalahan belajar anak supernormal diperlukan kerja sama baik dari pihak orang tua, guru dan masyarakat. Untuk itulah bimbingan dan konseling sangat diperlukan dalam pendidika . Perlunya usaha pelayanan bimbingan dan konseling ini dilatar belakangi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor pendidikan dan faktor psikologis.
Pembahasan berikut ini akan mengemukakan dinamika faktor-faktor tersebut yang dikaitkan dengan landasan yang digunakan, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling akan dapat menunjang tercapainya pendidikan yang diharapkan.
a. Psikologis
Dilihat dari segi psikologis, peserta didik adalah pribadi yang sedang berkembang menuju masa kedewasaannya. Proses perkembangan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya karena pembawaan (faktor dari dalam) dan lingkungan (faktor dari luar). Perkembangan anak dapat berhasil dengan baik dan optimal jika kedua faktor tersebut saling melengkapi, begitu juga terhadap anak supernormal.
Untuk mencapai perkembangan yang terarah dan optimal harus ada asuhan yang terarah yang disebut pengajaran. Oleh karena itu diperlukan bimbingan dan konseling untuk memberikan asuhan terhadap perkembangan pribadi peserta didik.
Perkembangan individu terjadi secara bertahap. Lebih lanjut, Havighurts menampilkan istilah tugas perkembangan. Tugas-tugas perkembangan tersusun menurut pola tertentu dan saling berkaitan. Pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat membantu peserta didik untuk mencapai tugas-tugas perkembangan itu dengan baik.
Di sekolah atau lembaga pendidikan yang lain, tampak masalah perbedaan inidividual, misalnya ada peserta yang didik yang lambat belajarnya, ada yang cepat belajarnya dan ada pula yang berbakat pada bidang tertentu. Oleh karena itu, hendaklah masalah ini menjadi perhatian dalam pelayanan pendidikan.
Perbedaan individu ini jelas membawa konsekuensi terhadap layanan pendidikan khususnya ang menyangkut masalah materi pelajaran, metode belajar, penilaian dan lain sebagainya. Peserta didik yang genius membutuhkan pengajaran tambahan dibanding anak yang lain. Sehingga guru dituntut untuk memahami kondisi peserta didiknya. Disinilah letak pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling yaitu untuk membantu para peserta didik agar mereka berhasil dalam belajar.
Pada faktor psikologis ini juga meliputi kebutuhan, penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku. Dengan adanya pelayanan bimbingan dan konseling ini, peserta didik dapat mencapai tahap perkembangan yang optimal baik secara akademis maupun psikologis. Perkembangan optimal secara akademis bertujuan agar tiap peserta didik mencapai penyesuaian akademis dan prestasi belajar yang optimal. Perkembangan secar psikologis bertujuan agar tiap siswa dapat mencapai perkembangan yang ditandai dengan kematangan dan kesehatan mental.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan wahana yang utama untuk mencapai tujuan perkembangan manusia. Dalam menyikapi masalah belajar yang dialami oleh anak supernormal ini tidak terlepas dari adanya landasan pendidikan, karena masalah belajar berkaitan erat dengan pendidikan.
Bimbingan merupakan salah satu bentuk upaya pendidikan. Oleh karena itu, dalam pelayanan bimbingan dan konseling harus terkandung komponen-komponen berikut ini:
1) merupakan usaha sadar
2) menyiapkan peserta didik
3) untuk peranannya dimasa yang akan datang
Bimbingan-bimbingan yang diberikan kepada klien hendaknya dapat digunakan untuk mengembangkan diri klien untuk mengatasi masalah-masalahnya sendiri dan mampu mengembangkan diri tanpa bantuan pelayanan bimbingan dan konseling lagi.
Kesulitan dalam penyesuaian diri serta masalah-masalah yang dihadapi oleh anak supernormal dalam belajar ini jelas tidak mungkin dapat diselesaikan oleh para guru saja. karena waktu lebih banyak digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, pada suatu lembaga pendidikan diperlukan bantuan melalui pelayanan bimbingan dan konseling yang dikelola oleh tenaga yang kompeten.
E. Solusi
Kerja sama antara orang tua, guru dan masyarakat sangat diperlukan dalam menyikapi permasalahan anak supernormal ini, diantaranya:
a) Orang Tua
1. Orang tua hendaknya mengetahui kondisi anaknya agar dapat mengarahkan anak mereka daam menyesuaikan diri di rumah, kemajuan belajar di sekolah serta pergaulannya di masyarakat.
2. umur mental anak supernormal lebih tinggi dari pada umur kalendernya. Maka jika anak senang berteman dengan anak yang lebih tua umurnya jangan dimarahi, karena dengan berteman dengan orang yang lebih tua darinya akan dapat mengembangkan intelektual dan sikap sosialnya.
3. menyediakan perpustakaan kecil di rumah sebagai penunjang kurikulum di sekolah serta menyediakan fasilitas yang dibutuhikan anak, misaolnya tempat belajar yang baik, kesempatan dan bahan untuk melakukan percobaan-percobaan, serta dukungan dan bimbingan.
4. orang tua wajib mengingatkan ketika anak terlampau terfokus pada satu kegiatan yang ia tekuni sehingga mengakibatkan kegiatan yang lain terlupakan. Ketika mengingatkan dan melaranmg hendaknya menggunakan bahasa yang halus disertai alasan yang jelas dan logis.
5. tidak menekan ataupun memberikan pujian yang berlebihan
b) Guru dan sekolah
1. memberikan pengayaan dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan.
2. mengadaklan priogram akselerasi (percepatan) dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat.
3. guru memberikan kesempatan kepada anak super untuk dapat mengembangkan bakatnya
4. guru memberikan bimbingan khusus kepadanya
c) Masyarakat
Masyarakat hendaknya bisa menerima tingkah laku anak super yang terkadang bersikap eksentrik, egois dan intoleren kepada yang lainnya.
F. PENUTUP
Setiap peserta didik mempunyai perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan individual itulah yang menimbulkan berbagai masalah. Untuk menyikapi permasalahan belajar yang dialami oleh anak supernormal, dibutuhkan kerja sama dari orang tua, guru, dan masyarakat. Demikian makalah ini saya sampaikan, semoga bermanfaat.
Penulis Adalah Mahasiswi Jurusan Tarbiyah STAIN Surakarta angkatan 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar