Sabtu, 09 April 2011

KAU YANG MENGAGUMKAN

Ia begitu luar biasa. Kabar terbarunya ialah,ia akan ke Canberra. Luar biasa mengagumkan. Aku tak tahu apa yang ada dibalik otaknya. Ia sangat cerdas. Di SMA pun ia sering mengikuti bermasam-macam lomba dan selalu menang. Piala dirumahnya hanya seperti mobil-mobilan bagi adikku. Sudah bosan lihat akan ditaruh disembarang tempat. Dimana-mana ada.
Terakhir kali aku melihatnya, tiga hari yang lalu ada sesuatu yang berbeda dengannya. Ia berjilbab. Cantik sekali. Aku semakin mengaguminya. Sebelumnya aku tak berani mengenalnya. Ia bernama Rida, selalu dipanggil Mbak Rida. Dimatanya ada pancaran cahaya ilmu. Ia tak ramah, terlihat selalu sibuk. Maklum, ia tak suka dengan hal-hal yang tak produktif. Tak pernah aku melihat ia makan dikantin dengan teman-temannya atau ikut meramaikan suasana lapangan sepak bola di kampus. Jika tidak diperpus maka ia ada disamping fakultas ekonomi sedang online.
Mbak Rida yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Ia menjadi ramah, perduli dengan orang lain, dan tempat yang dikunjungi bertambah: masjid!
Suatu hari aku mengirim e-mail untuknya. Aku mengajaknya berkenalan, mengatakan padanya bahwa aku adalah pendengar setia tausiyah-tausiah pada rubik keagamaan yang dipancarkan diradio kampus.
Ia tak kunjung membalas e-mailku. Dulu aku berfikir kalau sosok-sosok akhwat yang berjilbab besar pasti baik, ramah, sangat peduli, penyayang, anti pacaran, luar biasa bacaan qur’an-nya dan seabrek kebaikan-kebaikan yang lain. Tapi kali ini? ia pun tak peduli dengan e-mail ku yang beruntun.
“Mungkin ia sedng sibuk Mi…”Alina menanggapi ceritaku. Mungkin ia memang sibuk, tapi aku ingin belajar tentang lslam, juga sastra dengannya. Ia adalah mahasiswa Sastra Indonesia yang sukses dengan karya-karya besarnya.
***
“Kamu bisa belajar islam denganku kok Mi,”ucap Alina lembut.Ia tahu keinginanku belajar Islam dengan Mbak Rida.Alina ialah teman seangkatanku yang sudah menjadi akhwat tulen.Meski aku belum berjilbab ia tetap baik dan perhatian padaku.”Kita bisa belajar bersama,kita bisa belajar dari apa saja dan dari siapa saja.Jangan kau urungkan niat baikmu hanya karena tidak direspon Mbak Rida,kalau ia tahu tujuanmu,..ia pasti akan bahagia,akan menyambutmu dengan hangat meski saat ia sedang sakit.Ia akan berlari mendekatimu dan mengajarkan segala yang ia tahu”Alina tersenyum lembut.Ia memberiku sebuah bingkisan.Isi bingkisan itu…subhanallah,jilbab!setelah dari kemarin ia memberiku banyak buku-buku islaminya sekarang ia memberiku jilbab.Aku ingat jawaban Mbak Rida ketika ada seseorang yang bertanya mengenai jilbab.Ia bilang berjilbab itu wajib,seperti wajibnya kita terhadap shalat.Subhanallah,aku jadi ingin memakainya.Kalau itu wajib,mengapa aku tak memakainya?bagaimana jika aku tak memakainya?apakah akan berdosa seperti ketika meninggalkan shalat?...Mbak Rida juga bilang,bahwa ketika kita memilih islam,maka harus menjalankannya secara kaffah.Ibarat orang berenang,jika kita hanya membasahi tangan saja,pantaskah disebut berenang?...
Penjelasan-penjelasan Mbak Rida mengenai Islam sangat mengena dihatiku,disbanding ceramah-ceramah dari pak kiyai yang hanya bilang sholat itu penting tapi tak pernah mengajari untuk shalat.Ceramah yang menjadi pengantar tidurku.Tausiah-tausiah Mbak Rida slalu kutunggu.Andai saja ia yang memberi hadiah,pasti aku akan lebih bahagia.©©©
Aku yakin kau akan kecewa ketika tahu jika orang yang dikagumi ternyata berkhianat pada dirinya sendiri.Aku benar-benar kecewa,bahkan hati ini lebih dari sakit.Aku melihatnya berboncengan dengan seorang laki-laki dengan pegangan yang tak pantas dilihat.Benarkah ia Mbak Rida-ku?benarkah ia pengasuh khazanah-khazanah ilmu itu?kemanakah jilbab lebar itu?bagaimana dengan ucapan-ucapannya yang menyejukkan jiwa itu?benarkah ia lupa dengan apa yang ia serukan?
Tanpa pikur panjang aku langsung menghentikan taxi yang lewat.Aku mengejar sosok yang menyerupai Mbak Rida.Aku merasa marah,gelisah,kecewa…entahlah.Hati ini seperti dikhianati.Sakit…sekali,.sebenarnya siapa sih Mbak Rida itu?...tapi,aku perduli dengannya.Aku memberontak,aku hanya ingin melihat sosok anggun dengan jilbab besar itu sebagai Mbak Rida,bukan sosok aneh dengan balutan baju serba minim itu.
Motor itu berhenti didepan café.Aku turun dari taxi dan sengaja mendekat agar lebih jelas.Ah mungkin tingkahku teramat konyol,tapi aku tak perduli.
“Iya Rida,besok malam kamu juga ada waktukan?”lengan itu saling bertaut.Senyum itu,suara itu…ia benar-benar Mbak Rida.Mbak Rida-ku yang kukaguml.Aku segera berbalik.Mataku berkaca-kaca,keringat dingin membasahi sekujur tubuhku. Semoga kebaikan akan datang padanya.
Subhanalloh,lupakah ia dengan apa yang disampaikannya dulu? Lupakah ia dengan surat as-shof yang pernah ia sampaikan?.......

Nama: Dwi sariningsih
PBA 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar