Kamis, 07 April 2011

MENANTI REFORMASI PSSI

Oleh: Arif Rohman*

Wartawan senior Media Indonesia, Suryopratomo, pernah mengungkapkan kesepakatannya pada pendapat yang menyatakan bahwa Indonesia lebih baik berada di peringkat 4 Sea Games namun mendapat emas dari cabang sepak bola, daripada menjadi juara umum Sea Games namun gagal memperoleh emas dari cabang sepak bola. Di Inggris, pemain sepak bola menjadi Entertainer peringkat wahid, mengalahkan popularitas penyanyi dan pemain film. Di Brazil, sepak bola seolah telah menjadi istri kedua. Menurut Koranbaru dari matanews.com penonton final Piala Dunia 2010 antara Belanda versus Jerman berkisar 700 juta pasang mata di seluruh dunia. Ini menunjukkan betapa sepak bola mempunyai daya tarik yang tinggi bagi masyarakat di seluruh penjuru bumi.

Saat sepak bola tanah air tengah mengalami persoalan yang cukup pelik, hampir seluruh lapisan masyarakat dari politisi, aktivis LSM, seniman maupun masyarakat awam ikut nimbrung mencoba masuk dalam ranah ini. Memang belakangan ini media gencar memberitakan tentang kisruh yang tengah menimpa PSSI, induk organisasi sepak bola tanah air. Persoalan itu berkenaan tentang calon ketua umum (Ketum) PSSI yang rencananya akan dipilih pada Kongres Sepakbola Nasional (KSN) bulan April mendatang.

Nurdin Halid yang telah menjabat sebagai Ketum PSSI selama 2 periode mencoba mencalonkan diri lagi sebagai Ketum PSSI periode 2011-2015. Tentu masyarakat yang rindu akan kejayaan sepak bola Indonesia banyak yang bereaksi melakukan protes akan langkah beliau. Karena Nurdin Halid dianggap gagal mengangkat prestasi Timnas Indonesia. Selain itu, sesuai statuta dan standard electoral code dari FIFA, induk organisasi sepak bola dunia, Nurdin Halid tidak memenuhi syarat sebagai kandidat calon ketua umum PSSI karena Nurdin Halid adalah mantan narapidana.

“Sekarang waktunya reformasi PSSI”, itulah yang disuarakan oleh banyak pihak termasuk 78 pemilik suara sah di PSSI yang terbentuk dalam KPPN (Komisi Penyelamat Persepakbolaan Nasional). Hari Sabtu (26/3) Kongres PSSI yang rencananya akan membahas tentang pembentukan Komisi Pemilihan dan Komisi Banding batal terlaksana karena ada indikasi situasi yang tidak kondusif. Namun 78 pemilik suara sah tetap menjalankan kongres dan berhasil membentuk Komisi Pemilihan dan Komisi Banding. Namun akhirnya FIFA menolak hasil keputusan dari kongres yang dilaksanakan oleh ke-78 pemilik sah suara PSSI itu.

FIFA yang akhirnya mengambil alih kendali PSSI kemudian membentuk Komite Normalisasi PSSI dan menunjuk Agum Gumelar, mantan Ketum PSSI periode 1999-2003, sebagai ketua. Komite yang diketuai oleh Agum Gumelar itu akhirnya mengagendakan kongres pemilihan ketua umum, wakil ketua umum, dan anggota Komite Eksekutif PSSI pada 20 Mei 2011, bertepatan dengan Hari Kebangkitan nasional. Jadi, masyarakat pencinta sepak bola nasional tinggal menunggu hasil pemilihan pada kongres yang akan diselenggarakan bulan Mei mendatang untuk melihat adanya REFORMASI PSSI.

*Penulis adalah Staf Bidang Lembaga Semi Otonom
BEM J Tarbiyah IAIN Surakarta
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar