
Oleh : Eko Setyawan
Al Qur’an al Karim adalah kitabullah yang diturunkan salah satunya berdasarkan tempat dan kejadian yang muncul. Karena Al Qur’an adalah kitab pembangunan dan pendidikan. Al Qur’an datang dengan membawa manhaj-manhaj kehidupan dan pendidikan yang sempurna untuk membentuk jiwa, membangun umat dan menegakkan masyarakat. Kesan yang ditinggalkannya di dalam jiwa manusia tidak seperti kesan yang ditinggalkan oleh pendidikan yang berdasarkan berbagai eksperimen dan peristiwa, yang mana hati manusia begitu terbuka untuk diarahkan dan jiwanya akan tetap siap untuk sebuah pembentukan karakter dan kepribadian kearah positif. Dengan pendidikan yang selalu didasarkan pada koridor-koridor Islam akan membawa kemanfaatan masa sekarang ini dan masa yang akan datang. Sebagai contoh suksesnya tarbiyah (baca: pendidikan) yang dilaksanakan Rasulullah Shalallahu ‘alaini wa sallam dengan sekian banyak materi baik dalam membentuk materi akidah, fiqh maupun strategi perang yang diajarkan dengan praktik secara langsung dan materi-materi keislaman yang lainnya. Beliau mendidik orang-oarang mukmin yang tinggal dikota Mekah selama tiga belasa tahun meskipun risalah yang disampaikan di kota ini belum berhasil. Kemudian proses tarbiyah tidak berhenti, namun tarbiyah selalu berjalan hingga di kota Madinah. Rasulullah Shalallahu ‘alaini wa sallam dan para sahabat membentuk kelompok yang memiliki keistimewaan dalam bidang akidah, tingkah laku dan semangat hidup untuk Islam kerena mereka beranggapan bahwa sedikitnya umur harus bermanfaat untuk Islam.
Lantas apakah Rasulullah Shalallahu ‘alaini wa sallam memiliki madrasah formal atau tempat beliau menyampaikan pelajaran dan wejangan-wejangannya? Apakah kediaman al Arqam Radhiallahu ‘anhu yang beliau jadikan sebagai tempat tarbiyah bisa disebut dengan madrasah yang didirikannya untuk mendidik para sahabatnya dan orang-orang mukmin lainnya?
Pada dasarnya pemahaman yang sempit pada idiom madrasah tidak hanya terbatas pada kediaman al Arqam Radhiallahu ‘anhu, akan tetapi hakikatnya jauh lebih besar dari madrasah yang dikenal dalam sejarah. Dan pada suatu hari nanti madrasah itu akan mengeluarkan orang-orang pilihan yang memiliki peran sangat penting dalam perubahan besar dunia yang dikenal oleh umat manusia.
Rasulullah Shalallahu ‘alaini wa sallam adalah seorang da’I yang benar-benar memahami apa yang diajarkan dan diserukannya, serta seorang profil pendidik dan educator yang dianugrahi segala sifat pendidikan. Beliau berhasil menghubungkan para sahabatnya dengan Allah ‘Azza wa Jalla, baik dari segi pemahaman materi, pengetahuan dan keimanan, serta mampu menghubungkan mereka dengan Al-Qur’an yang merupakan compendium perintah untuk dilaksanakan sebagai bekal untuk hati mereka, penyuci jiwa-jiwa mereka, pengaruh tingkah laku meraka dan menjadi perantara hubungan antara mereka dan Rabb mereka. Dengan demikian pertemuan dirumah al Arqam merupakan suatu unsur pendidikan, sebagaimana beliau selalu membangunkan para sahabatnya dan orang mukmin lainnya dimalam hari untuk membaca ayat-ayat suci Al Qur’an dan melaksanakan Qiyamullail sebagai penguat ruhiyah.
Sementara itu cobaan dan ujuan serta bencana dalam keberlangsungan ini terus berlanjut. Ketika kaum musyrikin terus menerus menghujani dengan berbagai macam siksaan, Rasulullah Shalallahu ‘alaini wa sallam memerintahkan kaum muslimin untuk berhijrah ke Habasyah untuk melanjutkan proses tarbiyah dan Rasulullah Shalallahu ‘alaini wa sallam mengutus Ja’far ibn Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu untuk turut serta bersama mereka sebagai pembimbing di perjalanan. Setelah sebagian penduduk kota Yatsrib memeluk Islam untuk melanjutkan keberlangsungan pendidikan sebagai misi menyampaikan risalah yang mulia, beliau mengutus Mus’ab ibn ‘Umair Radhiallahu ‘anhu sebagai da’i untuk mengajar dan membimbing masyarakat. Mereka membimbing mulai dari membaca Al Qur’an, melaksanakan shalat serta mengajarkan apa-apa yang diperintahkan Rasulullah Shalallahu ‘alaini wa sallam. Dengan berakhirnya periode Mekah, bukan berarti pendidikan juga berakhir. Akan tetapi terus berlanjut ke kota Madinah yang cakupan dan wilayahnya lebih besar dan luas dibandingkan Kota Mekah. Di kota ini Al Qur’an mulai menurunkan kandungan hukum syariat, hukum keluarga dan hubungan anatar masyrakat dalam seluruh bidang kehidupan. Dengan demikian, bidang garapan pendidikan semakin luas, seiring dengan maluasnya maksud dan tujuannya serta beragamnya perintah dan larangan yang dikandungnya. Sehingga Rasulullah Shalallahu ‘alaini wa sallam memilih orang-orang yang memiliki kemampuan untuk senantiasa mentransformasikan nilai-nilai Islam ke tengah masyarakat. Keberhasilan beliau dalam bidang pendidikan tidak tertandingi sepanjang perjalanan sejarah manusia. Keberhasilan beliau dalam mencapai tujuan yang tinggi dan luhur bersama masyarakat kota Madinah, tidak pernah dicapai oleh para filosof, pemikir dan para reformer pendidikan sekalipun. Keberhasilan yang beliau capai ini menunjukkan betapa pendidikan memiliki kemampuan untuk merubah jiwa-jiwa manusia, membawa manusia dan masyarakat pada kemuliaan dan keluhuran manusia.
Pun halnya dengan kondisi realita sekarang ini, dimana pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia memiliki kebebasan universal baik dari kalangan elite sampai kalangan menegah kebawah, dari pelosok desa hingga daerah perkotaan, pria dan wanita, dari yang muda hingga orang tuan, yang kesemuanya itu memiliki kebebasan mendapatkan pendidikan formal maupun non formal secara bebas. Pendidikan bisa dilaksanakan kapan dan dimanapun. Tidak ada yang namanya dengan penindasan dan penyiksaan dalam menempuh pendidikan Pembelajaran yang dilaksanankan dengan segala kenyamanan dan segala kelengkapan sarana dan prasarana seharusnya menghasilkan out put yang handal unmtuyk nmemenuhi tuntutran spesifikasi bidang ilmu pengetahuan yang semakin komprehensif. Dengan sekian banyah kemudahan tersebut tentunya bagi orang yang melaksanakan proses pendidikan harus diimbangi dengan keseriusan. Persaingan di dunia pendidikan semakin kompetitif. Kebutuhan dunia pendidikan dalam hal ini kebutuhan pendidik yang dibutuhkan insstansi atau lembaga pendidikan semakin berfariatif. Sebagai contih berapa banyak instansi atau lembaga pendidikan yang membutuhkan pendidik yang mempunyai kemampuan khusus seperti ahli dalam Ilmu Fiqh, Sejarah Islam, Ilmu Hadits, Tafsir dll. Ini adalah contoh kecil betapa guru yang memiliki kemampuan khusus banyak dibutuhan. Yang memiliki kompetensi demikianlah sangat dibutuhan di lembaga yang berada di bawah naungan Departemen Agama ( MI, MTs dan MA). Satu materi ke-Islaman saja memiliki cakupan ilmu yang bervariasi Secara praktis tidak mungkin bagi seorang guru akan mengampu seluruh materi pelajaran tersebut. Seperti itulah sedikit gambaran tentang pendidikan, semakin banyak bidang garap maka semaikin banyak pula kebutuhan pendidik-pendidik yang profesionanl untuk mengajarkan kepada masyarakat.
Dengan adanya sekian banyak harapan yang tergambarkan di depan wajah calon-calon pendidik, maka mulai dari sekaranglah seharusnya calon-calon pendidik mempersiapkan diri tuk memasuki persaingan di dunia pendidikan. Dimana segenap daya dan upaya harus selalu di kobarkan untuk menjemput hari baru. Yang harus digaris bawahi adalah keberadaan seorang manusia harus memberi kebermanfaatan kepada orang lain. Paling tidak keberlangsungan pendidikan harus selalu terus berjalan. Paling tidak sebagai pendidik harus bisa mendidik keluarganya sendiri untuk mendapat derajat dan kemuliaan di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Wallahu a’lam
*)Penulis adalah Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Tarbiyah STAIN Surakarta masa bakti 2009-2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar