
Judul : Tembang Ilalang (Pergolakan Cinta Melawan Tirani)
Penulis : Md. Aminudin
Penerbit : Semesta (Lini Sastra Kelompok Pro-U Media), Yogyakarta
Tebal : 512 halaman
Sesungguhnya janji Allah itu sebenarnya dan janganlah pendirian engkau dapat digoncangkan oleh orang-oRang yang tiada punya keyakinan.
Lintasan-lintasan peristiwa yang telah terjadi pada tahun-tahun lewat kini menjadi ingatan kita bersama. Berapa juta manusia yang telah terbunuh dalam berbagai peristiwa pada masa penjajahan, pada masa transisi maupun pada masa setelah kemerdekaan di bumi pertiwi ini.
Sesungguhnya Asroel sendiri ingin menghadapi apapun yang terjadi dalam kehidupannya. Bahkan jika kemudian ia harus berhadapan dengan keberpihakan hukum yang selalu tidak mau memberi harapan kepada orang-orang jelata sepertinya. Pada zamannya bukan kali pertama seseorang akan kehilangan orang-orang yang dicintainya. Seperti halnya Asroel yang harus meninggalkan keluarga yang sangat dicintainya tanpa tahu kapan dia akan bertemu lagi. Di perjalannya yang panjang itu banyak peristiwa yang dilaluinya. Dan berbagai pengalaman pahit mendewasakan pribadinya menjadi manusia yang pemberani dan mempunyai prinsip-prinsip dalam perjuangan hidupnya yang kemudian menjadikannya disegani dan diperhitungkan oleh kawan maupun lawannya.
Perjalanan Asroel dimulai dari tempat tinggal pamannya Moh. Sholeh di Padang Panjang menuju rumah Kyai Makoen di Jawa Timur. Dan disitulah ia berjumpa dengan pahit getirnya kehidupan. Disini ikhwal pertemuan Asroel dengan Sri Rukmini putri semata wanyang Kyai Makoen yang kemudian dinikahinya hingga ia dikaruniai seorang putra bernama Ismail. Belum genap Ismail berusia satu tahun ia harus meninggalkanya karena keadaan yang tak memungkinkan untuk tetap bersama. Dia seorang lelaki yang tak pernah bisa diam melihat bangsanya dalam penderitaan cengkeraman tangan penjajah. Bagaimana dia masuk keluar hutan untuk bergerilya serta melatih dan menolong bangsanya agar dapat lepas dari tangan musuh. Mendidik orang-orang lemah dan bodoh supaya bisa pandai bermartabat dan mandiri dalam mengarungi kehidupannya sendiri. Bagaimana ia masuk keluar bui karena pendapatnya yang tak sepaham dengan lawan-lawannya dari kalangan penjajah maupun saudara sebangsa yang berhianat.
Asroel juga adalah seorang jurnalis yang handal dalam menyuarakan aspirasi rakyat yang tertindas oleh penjajah maupun oleh warga bangsa pribumi yang menjadi benalu bagi bangsanya sendiri. Dia merasakan sendiri bagaimana pribumi terus bergerak, dalam lelah dan keringat menjadi buruh-buruh perkebunan dan menempuh hidup dengan cambuk yang mengancam punggung-punggung mereka. Juga perilaku orang-orang terdidik, para intelektual dan propagandis yang hanya pandai menuangkan pikiran tetapi dalam kenyataannya sangat miskin realisasi dan hanya menjadi penjilat penguasa.Ya. Itulah kenyataan hidup dari masa ke masa yang dijalani oleh manusia. Walau mempunyai ketinggian intelektual kalau tanpa disertai kecerdasa moral dan spiritual maka hanya akan menjadikannya manusia materialistis dan tak mempunyai hati nurani. Dan lahirnya moral sejati adalahj dari kekuatan religi, yaitu kepercayaan kepada Dzat yang Mahatinggi yang membuat alam ini ada. Dzat yang kepadaNya semua makhluk bergantung. Yaitu kepada Allah Ta’ala.
Kita patut acungkan jari pada Md Aminudin yang dengan usia yang semuda itu dapat penghasilkan karya sejarah yang sangat berharga. Sehingga kita bisa mengingat kembali kenyataan hidup di waktu itu benar-benar pahit. Bagaimana orang-orang yang tidak percaya adanya Allah yang akan semena-mena dan berbuat sekehendak hatinya. Tak berperikemanusiaan dan tak berbelaskasihan sedikitpun. Dan orang-orang yang berkuasa tak jauh beda, dia akan memanfaafkan kekuasaannya sesuai dengan nafsu pribadi. Hal tersebut sama dengan yang terjadi di zaman sekarang ini. Bahkan semakin maju pula para penguasa memperlakukan orang-orang lemah hingga semakin tidak berdaya.
Tapi apakah keadaan ini akan kelal selamanya? Kalau kita mau berpikir jernih maka di dunia ini tiada yang kekal abadi. Apalagi dengan kejahatan dan kesewenag-wenangan itu. Ia juga akan hancur dilindas roda-roda zaman yang terus berjalan. Karena perilaku buruk semakin lama juga semakin tidak disukai orang. Bahwa sesuatu yang buruk itu akan hilang jika yang benar dimunculkan. Buku ini pun patut dibaca oleh siapa saja dari generasi ke generasi untuk mengingatkan kita kepada sejarah bangsa yang tidak pernah terhapus oleh waktu dan termakan oleh zaman. (Ummu Muhammad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar